Laman

Friday, July 7, 2017

What A Weird Year


Setahun belakangan ini aneh. Iya, aneh. Kalau kalian tanya spontan, setelah setahun pindah, apa aja yang udah Mistel alami? Mistel bakal jawab, ngga tau, ngga inget.

Setahun belakangan ini aneh. Mistel kayak ngga inget apa aja yang udah Mistel lewati selama kurang lebih 12 bulan ini. Padahal seharusnya Mistel inget banyak hal, mengingat setahun ini Mistel baru pindah ke tempat yang baru. Otomatis sewajarnya banyak hal yang bisa Mistel ceritakan. Tapi tidak, justru Mistel bingung apa yang harus Mistel ceritakan.

Setahun belakangan ini aneh. Entah kenapa setahun kebelakang ini terasa lama berjalan, tapi kosong. Ada kejadian-kejadian yang baru tejadi beberapa bulan yang lalu, tapi rasanya sudah lewat lama sekali. Bahkan kejadian lebaran tahun lalu pun dalam ingatan Mistel terasa seperti bukan tahun lalu, rasamya lebih lama dari itu, mungkin dua atau tiga tahun lalu.

Setahun belakangan ini aneh. Sebenarnya banyak hal yang terjadi, kalau Mistel mau mengingat-ingat kembali. Tapi kalau diibaratkan seperti kejadian-kejadian itu ngga terekam di memori utama Mistel, tapi hanya di temporary memory—memori sementara. Semacam ngga ada ‘patokan-patokan’ ingatan di otak Mistel, yang biasanya ada buat mengingat kejadian-kejadian seru atau unik yang Mistel alami.


Setahun belakangan ini aneh. Mistel ngerasa kek f*cked up gitu—bagi yang ngga ngerti mungkin bahasa belandanya itu kecele—jadi serasa setahun kebelakang Mistel yang berharga ini dirampas gitu, lho. Mistel ngerasa kek orang bego, plonga-plongo aja setahun kebelakang ini.

Setahun belakangan ini aneh. Mistel itu suka sering bingung sendiri. Mistel ngerasa kehilangan diri Mistel yang lama, Mistel kek bukan Mistel yang dulu. Mistel bingung tapi Mistel ngga tau akar masalah penyebabnya. Akibatnya Mistel sering badmood, marah-marah sendiri.

Setahun belakangan ini aneh. Sebenarnya ini merupakan tulisan tahunan yang setiap tahun Mistel tulis sejak tahun 2011. Tahun lalu pun Mistel bikin 'Last Year as a Teenager' dan itu jadi artikel terakhir yang Mistel tulis sebelum ini, artinya blog ini sudah resmi Mistel anggurin selama lebih dari setahun. Congrats. Haha.

Setahun belakangan ini aneh. Beberapa hal yang menurut Mistel mempengaruhi ini: yang pertama, ada yang salah sama otak Mistel; yang kedua, ada seseorang yang lebih dari setahun ini mengalihkan dunia Mistel *ceilehhh; ketiga, Mistel udah berhasil untuk lebih banyak ngomong; keempat, Mistel udah salah kaprah tentang tujuan semula Mistel menulis; dan kelima, Mistel udah terlalu terbawa arus. Mistel bakal bahas satu-persatu.


Pertama, ada yang salah sama otak Mistel. Ini sedih banget sih kalo emang beneran terjadi. Jadi Mistel ngerasa kayak perlahan daya ingat Mistel mulai menurun. Beda. Beda banget rasanya sama sebelumnya. Sebelumnya tuh Mistel kayak apa aja inget gitu, ha-hal kerincingan yang remeh-temeh pun ingat. Tapi sekarang jangankan hal kecil, beberapa hal besar bahkan Mistel mulai ngga ingat lagi kalau Mistel ngga lihat catatan. Apalagi kalau harus menambah ingatan-ingatan baru. Serem, ya. Semoga opsi yang ini cuma parno-nya Mistel aja, sih.

Kedua, ada seseorang yang lebih dari setahun ini mengalihkan dunia Mistel. Apasih, ngga usah lebay gitu ah yang baca. Haha. Jadi ceritanya ada seseorang yang setahun lebih ini deket sama Mistel. Mistel juga udah sedikit nyindir di tulisan tahun lalu kayaknya. Sama dia, Mistel ngerasa kayak udah sama sekali ngga ada tembok pemisah, which is sama orang lain Mistel selalu tanpa sadar memasang ‘tembok’ untuk mencegah orang tersebut ‘kenal’ Mistel terlalu dalam, tapi sama dia ngga, dia berhasil masuk sampai tembok pertahanan Mistel yang terakhir. Mistel selama setahun ini udah terbiasa selalu keep in touch sama dia, kalo lagi bisa telponan ya telponan, kalo ngga bisa ya lewat chat. Intinya semua yang Mistel alami Mistel usahain buat cerita ke dia, karena dia juga udah janji mau bantuin Mistel untuk lebih terbuka sama orang lain.

Ketiga, Mistel udah berhasil untuk lebih banyak ngomong, jadi udah lebih bebas dan lebih banyak cerita ke orang apa yang Mistel pikirkan serta alami. Akibatnya Mistel jadi udah ngga sengunek-unek dulu, ngga menyimpan di hati apa yang Mistel pikirkan, akibatnya ya jadinya udah plong, udah kosong, udah tersampaikan dalam bentuk verbal, jadi untuk menyampaikan lagi hal tersebut dalam betuk tulisan rasanya Mistel udah ngga se-ngoyo dulu. Beda sama dulu. Dulu mistel ngga banyak ngomong, Mistel selalu asyik sama pikiran sendiri, jadi semua pikiran dan kejadian yang Mistel alami itu terekam jelas dan sangat perlu untuk dituangkan, dan satu-satunya cara saat itu adalah dengan menulis.

Keempat, Mistel udah salah kaprah tentang tujuan semula Mistel menulis. Loh kok malah melipir ke kepenulisan? Ya karena sebelum-sebelum ini Mistel hobi menulis, ngapain juga kan punya blog kalo ngga hobi nulis. Menulis udah jadi kebiasaan tersendiri buat Mistel, bahkan dulu sempet sebulan target 18 artikel di bulan juni ke-18 Mistel, dan itu terlaksana dengan sukses. Tapi sekarang? Bahkan setahun kebelakang ini blog ini kosong melompong. Itu karena Mistel udah salah kaprah tentang tujuan semula Mistel menulis. Sesuai slogan blog ini, tadinya Mistel ‘Menganalisis apa yang kuketahui, menulis apa yang kupikirkan’, tapi setahun belakangan ini, boro-boro nulis apa yang Mistel pikirin, yang dipikirin aja ngga ada. Itu yang jadi benang merah ke anehnya setahun kebelakang ini.

Kelima, Mistel udah terlalu terbawa arus. Mistel terlalu larut sama tugas kuliah sampai males buat mikirin yang lain. Mistel terlalu asik sama hape, terlalu fokus ngasih kabar sampai lupa kalau sebenarnya Mistel juga perlu menyimpan momen itu buat diri Mistel sendiri.


Kelima penyebab itu kalau ditelaah ternyata punya hubungan satu sama lain. Kalo menurut mistel sih pusatnya itu penyebab nomor 2, ada seseorang yang lebih dari setahun ini mengalihkan dunia Mistel. Karena dia, Mistel jadi terbiasa untuk mencurahkan segala pikiran Mistel ke dia, apapun itu, karena cuma dia yang paham semua hal tentang Mistel. Nah, itu udah kesambung, penyebab nomor 2 mengakibatkan penyebab nomor 3, Mistel udah berhasil untuk lebih banyak ngomong, ya meskipun ngomong banyaknya cuma ke dia sih, tapi kalau menurut Mistel, ngomong ke orang lain selain dia juga intensitasnya udah lumayan naik dari sebelum-sebelumnya.

Karena Mistel udah banyak cerita (penyebab nomor 3), secara ngga langsung itu mengakibatkan penyeban nomor 1, ada yang salah sama otak Mistel. Jadi salahnya bukan seseram yang tadi Mistel bayangkan, tapi lebih keperubahan kebiasaan. Mistel sebelumnya suka memendam pikiran sendiri, yang bikin lebih ngeh sama apa yang dipikirkan, sekaligus jadi lebih ingat. Tapi setelah ada dia jadi suka cerita sama dia, dibarengi sama diskusi-diskusi juga biasanya, dan itu bikin pikiran Mistel jadi plong, seperti ngga ada hal mengganjal lagi yang perlu ditulis.

Jeleknya, hal itu juga bikin ‘patokan-patokan’ ingatan di otak Mistel jadi ngga kuat, karena udah ngga dipendam lagi, udah tersalurkan. Selain itu juga, mungkin Mistel jadi ketergantungan sama dia. Dia orangnya ingatannya kuat banget. Kalau Mistel Tanya ke dia, misal, waktu aku pergi ke sana itu tanggal berapa ya? Dia hampir selalu ingat, padahal Mistel sendiri ngga ingat. Ini yang bikin Mistel curiga kemampuan ingatan Mistel berkurang. Padahal sebelum-sebelumnya Mistel juga bisa inget sendiri kok banyak hal yang Mistel alami.

Selain itu, hal itu juga yang bikin momen-momen yang Mistel alami cuma masuk jadi temporary memory—memori sementara. Karena Mistel tanpa sadar telah menjalani momen hanya untuk diceritakan ke dia, dilaporkan ke dia supaya dia ngga khawatir, dia ngga berpikiran bahwa Mistel menghilang tanpa sebab. Jadi, bisa dibilang memori utama Mistel penuh sama dia. Mungkin itu sih ya masalah utamanya, Mistel menjalani momen hanya untuk diceritakan, bukan untuk dikenang diri Mistel sendiri, dan itu yang bikin setahun kebelakang ini jadi seolah tanpa makna.

Kalau penyebab nomor 5 sih kayaknya buat bahan introspeksi diri aja kali ya. Mistel ngga boleh lagi terlalu terbawa arus, ngga boleh terlalu asyik sama hape sampai lupa segalanya. Masih banyak yang bisa Mistel lakuin diluar dunia hape. Tapi ya itu agak susah sih kalau ada yang bikin Mistel harus terus deket-deket sama hape. Hvft. Complicated.

Ngomongin tentang introspeksi diri, penyebab nomor 4 juga bisa jadi bahan introspeksi. Mistel harus inget tujuan awal Mistel buat nulis itu apa. Mistel harus berusaha untuk menyempat-nyempatkan menulis, bukan menulis ketika sempat. Karena menurut pengalaman, kesempatan yang Mistel tunggu-tunggu itu seringnya tak kunjung datang, karena selalu saja ada hal-hal lain yang menurut Mistel datang ‘menghadang’.

Terakhir sih, Mistel kayaknya harus belajar buat ngimbangin semuanya. Mungkin sekarang Mistel masih bingung berkat culture shock yang Mistel ciptakan sendiri. Tapi untuk kedepannya, Mistel harus bisa, meskipun udah cerita apa yang Mistel alami dan pikirkan, Mistel tetap harus bisa menyimpannya sebagai momen untuk diri Mistel sendiri dan tetap harus bisa menuliskannya ulang. Ngga ada salahnya menulis karena menulis adalah pekerjaan abadi. Menulis adalah salah satu alat bantu untuk mengabadikan momen yang kita alami.


Sekian dulu mungkin tulisan tahunan ini yang telat sebulan (harusnya dibikin 7 Juni 2017). Tapi kalo dibandingin yang dua tahun lalu, ini telatnya masih mending, sih. Sebenarnya masih mau dilanjutin flashback momen-monen setahun kebelakang yang coba Mistel ingat, tapi karena yang ini aja udah panjang, jadi mungkin bakal dibikin part 2-nya aja (kek fanfic aja, dah). Terimakasih sudah menyempatkan membaca.

Oya, terakhir, ada yang nyadar ngga, di posting ini, ada berapa kalimat ‘Setahun belakangan ini aneh’? Yap, 8 (delapan)? Kenapa harus delapan?, biasanya Mistel suka yang ganjil-ganjil. Ini karena delapan itu angka yang abadi, ngga ada garis putusnya—ah ini, mah, jawaban orang umum. Haha. Soal kenapanya, biarlah Mistel, dia dan Tuhan yang tau. Hahaha. /ditimpuk/ Udah, ah, gaes. Ciao!


(lanjutannya bisa dibaca di What A Weird Year Part 2)

No comments:

Post a Comment

Newer Post Home Older Post